Dulu Bau dan Dihindari, Kini Datangkan Untung

28 Juni 2012 10:49 / http://www.beritajatim.com / 11415x dilihat

Reporter : Deni Ali Setiono

Sampah selalu menjadi masalah. Di samping mengganggu keindahan, sampah juga menjadi sarang berbagai penyakit, bahkan bisa mengakibatkan banjir. Namun, ibu-ibu PKK Dusun Meduran, Desa Roomo, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik punya cara kreatif dan efektif untuk mengatasi masalah ini.


Berawal dari kesadaran individu, ibu-ibu PKK ini mulai mengumpulkan sampah dari kampung maupun rumahnya sendiri. Semula ibu-ibu PKK dari Desa Romoo kewalahan mengumpulkan sampah yang jumlahnya cukup berjibun. Dalam hitungan hari sedikitnya ada 75 meter kubik sampah yang dikumpulkan. Karena jumlahnya cukup banyak, mereka meminta bantuan ke PT Petrokimia Gresik (PG) berupa tong sampah.

Adalah Siti Fitriyah, ibu dua anak, yang sekarang menjadi pioner warga Desa Romoo, Kecamatan Manyar sekaligus penggagas pengolahan sampah kreatif dan efektif. "Kami sempat bingung mau dikemanakan sampah-sampah ini. Sebab, bentuk sampahnya masih campur aduk," ujar Siti Fitriyah, salah satu ibu PKK Desa Romoo yang saat ini menjabat Marketing Bank Sampah Meduran Bersatu kepada beritajatim.com, Rabu (27/06/2012).

Setelah mendapat bantuan berupa tong sampah, ibu-ibu PKK yang berjumlah 14 orang hanya memiliki bekal mengelola sampah dengan cara komposting. Namun, di tengah perjalanan cara tersebut dianggap kurang kreatif. Pasalnya, komposting hanya diperuntukkan bagi tanaman karena hanya bisa dijadikan pupuk organik saja.

Sedangkan sampah lainnya, seperti bekas botol minuman, botol sirup, kaleng besi, seng, panci stainless, paralon bekas, dan kaleng aluminium tidak dapat didaur ulang menjadi komposting. Berangkat dari sinilah, ibu-ibu PKK Desa Romoo mulai menuangkan idenya dengan memilah-milah sampah yang dibuang atau tidak terpakai. Dikumpulkan di satu tempat untuk dijadikan aksesoris, baik berupa tas, dompet, maupun taplak meja.

"Dari ide inilah kami mencoba mendirikan Bank Sampah sebagai tempat pengumpulan sampah yang tidak terpakai untuk komposting dibuat aksesoris," kata Siti Fitriyah. Tahap awal, untuk pengumpulan sampah sebelum dipilah-pilah. Ibu-ibu PKK Desa Romoo memanfaatkan jasa pengangkutan melalui pihak ketiga. Namun, karena dianggap high cost (biaya tinggi), Siti Fitriyah dibantu Sekretaris Bank Sampah Meduran Bersatu, Ibu Kartini terjun langsung mengumpulkan sampah dari kampung ke kampung.

"Untuk penanganan ini kami bermitra dengan manajemen PT PG. Tanpa banyak persyaratan dibantu pendirian Bank Sampah plus beserta fasilitasnya," kata Siti Fitriyah. Selain dibantu fasilitas berupa kantor, manajemen PT PG melalui program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) juga membantu mesin jahit yang digunakan untuk menjahit aksesoris dari sampah organik. Maklum, saat belum ada mesin jahit, sebagian besar ibu-ibu PKK yang akan mengerjakan aksesoris dari bekas sedotan minuman maupun taplak meja dari bungkus detergen dan sabun. Cara pengerjaannya dijahit dengan tangan.

Bagi Siti Fitriyah dan ibu-ibu PKK yang lain, keberadaan Bank Sampah sangat positif. Sebab, secara tidak langsung hal itu menekan pembuangan sampah hingga 15 persen. Manfaat lainnya sampah-sampah yang semula berserakan di Dusun Meduran, Desa Romoo, Kecamatan Manyar kini hilang dan bersih. Bahkan, saat ini sampah itu ada ada harganya. Selain itu, Bank Sampah bisa dijadikan pemberdayaan warganya. Sebagai wujud konkretnya, Bank Sampah Meduran Bersatu juga membeli setiap harga sampah yang akan dibuang warga Gresik. Harga yang ditawarkan bervariasi mulai dari termurah Rp 300 (sampah kresek) hingga harga Rp 55.000 untuk sampah tembaga. Tidak hanya itu, para penyetor sampah (nasabah) juga diberi buku tabungan Bank Sampah. Melalui buku tabungan, warga tidak dipusingkan lagi membuang sampah. Sebab, hal itu sudah ada yang menangani karena tiap barang yang bisa dimanfaatkan dinilai sesuai harganya. "Tiap bulan warga yang menjual ke kami mendapat keuntungan Rp 60 ribu," tandas Siti Fitriyah.

Diakui Siti Fitriyah, dia berharap keberadaan Bank Sampah Meduran Bersatu bisa eksist. Sebab, sebelum bank yang dikelolanya ada, di Gresik telah berdiri 13 Bank Sampah. Tapi, ke semua Bank Sampah tersebut telah mati suri dan tidak jelas keberadaannya. "Harapan kami dengan binaan dari PT PG bisa terus eksist dan syukur-syukur bisa terkenal," tuturnya.

Impian Siti Fitriyah dan ibu-ibu PKK yang lain telah menjadi kenyataan. Pasalnya, Bank Sampah Meduran Bersatu telah menjadi pusat belajar bagi sekolah adiwiyata se-Kabupaten Gresik. Di samping itu, tempat tersebut menjadi tempat tujuan bagi masyarakat yang berkeinginan mengelola sampah.

Menurut Manajer Humas PT PG, Dupi Madya Ardiono, konsep Bank Sampah merupakan suatu metode yang efektif merubah paradigma masyarakat, khususnya yang berada di ring satu PT PG. "Selama ini kita memandang bahwa sampah sama sekali tidak berguna, padahal justru sebaliknya. Jika dikelola dengan baik maka sampah dapat menghasilkan nilai tambah," ujarnya.

Untuk mendukung keberadaan Bank Sampah Meduran Bersatu agar tetap eksist, Dupi Madya Ardiono menjelaskan, agar pengelolaannya tidak kering ide. Manajemen PT PG bekerja sama dengan pihak ketiga untuk men-training para ibu-ibu PKK agar bisa berkreasi dan menciptakan barang bekas (sampah) menjadi barang bernilai. "Yang kita tanamkan di sini jangan komersial dulu. Tapi, lebih mengedepankan militansi. Kalau sudah besar dan terkenal, tentu yang menikmati adalah warga sendiri," katanya mengingatkan. [air/dny]

http://www.beritajatim.com/detailnews.php/8/Peristiwa/2012-06-27/139731/Dulu_Bau_dan_Dihindari,_Kini_Datangkan_Untung

Berita Terbaru

06 Apr 2024
Mudik Asyik Bersama BUMN 2024, Petrokimia Gresik Berangkatkan 200 Pemudik ke Empat Rute di Jawa Timur
06 April 2024 21:35 / Komunikasi Korporat PG / 249x dilihat
03 Apr 2024