sahabatpetani.com.
Indonesia mendapatkan kehormatan menjadi tuan rumah Simposium Internasional
Padi Hibrida. Acara empat tahunan yang diselenggarakan oleh International
Rice Research Institute (IRRI) itu, dilaksanakan di Sleman, Yogjakarta pada
pada 28 Februari – 1 Maret 2018. Untuk menyelenggarakan acara bergengsi ini,
Pemerintah menunjuk Balai Besar Badan Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) sebagai
event organizer.
Menurut Kepala BB Padi Dr. Moh. Ismail Wahab, M.Si, pada awalnya acara ini akan
dilaksanakan di kota Denpasar, 10 November 2017 silam. Karena pemerintah
Indonesia mengeluarkan travel
warning akibat aktifnya gunung Agung, acara diundur dan
dilaksanakan di Yogyakarta.
Simposium dibuka dengan menampilkan Directur General IAARD Indonesia, DR. Ir. Muhammad Syakir, MS. Disusul pada hari kedua dengan pemaparan Prof. Yuan Longping yang lebih dikenal dengan julukan “Father of Hybrid Rice”. Sebagai penutup pada hari ketiga, dilakukan peninjauan lapangan ke lokasi lahan demontration plot (demplot) di sawah milik petani di Kecamatan Sayegan, Sleman. “Penanaman serentak di sawah seluas 73.300 m2 tersebut dilakukan serentak pada bulan Desember 2017. Lokasi itu dijadikan lahan gebyar teknologi yang dikunjungi oleh para peserta simposium,” jelas Ismail.
Ismail mengungkapkan, untuk menunjang demplot tersebut, BB Padi menggandeng beberapa perusahaan. Perusahan-perusahaan tersebut adalah PT Petrokimia Gresik, PT Agrimakmur Pertiwi, PT Syang Hyang Seri, PT Pertani, PT Bisi dan PT Biogene Plantation. “Kami menggandeng perusahaan tersebut, karena selama ini mereka sudah mengembangkan benih padi hibrida di Indonesia,” ujarnya.
Simposium juga dihadiri oleh petinggi IRRI dari berbagai belahan dunia. Seperti Dr. Ir. Muhammad Syakir, MS (Director General of IAARD), DR. Jacqueline Hughes (Deputy Director General for Research of IRRI), Bruce Tolentino (Deputy Director General of Communications & Partnership of IRRI ), serta beberapa pejabat BB Padi Kementerian Pertanian.
Salah satu peneliti benih padi hibrida yang hadir pada simposium tersebut adalah Dr. Ir. Satoto, MS. Menurutnya produk benih padi hibrida di Indonesia tidak kalah dengan produk dari negara lain. Seperti misalnya Hipa 18, benih padi hibrida produksi Petrokimia Gresik hasil kerjasama dengan BB Padi. “Varietas Hipa 18 merupakan salah satu hasil pemuliaan terbaik. Benih padi hibrida ini bisa memenuhi selera konsumen, terutama dari segi kualitas rasa. Nasinya lebih pulen dan aromatik sehingga disukai masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Sebelumnya, kata Satoto, nasi dari beras padi hibrida sulit diterima karena rasa dan tekstur belum sesuai dengan karakter yang diinginkan masyarakat Indonesia. Menurut peneliti padi Hipa 18 ini, hal tersebut berkaitan dengan proses budidayanya. “Pertama kita perlu memberikan pupuk dengan bijak, kemudian tanam serentak, serta mengontrol kondisi air agar jangan terlalu banyak, agar kelembaban tidak terlalu tinggi,” terang Satoto.
Menurut Manager Promosi Perencanaan Pemasaran Petrokimia Gresik Luqman Harun, benih padi Hipa 18 yang ditanam di area demplot tersebut, saat ini sudah berumur 90 hari. Pertumbuhannya sangat baik, sehingga menjadi perhatian beberapa peserta simposium. Di antaranya adalah Bruce Tolentino (Deputy Director General of Communications & Partnership), dan beberapa peneliti padi dari berbagai negara. “Kami berharap dengan kawalan teknologi yang kami lakukan, pengisian bulir padi pada dua minggu ke depan dapat berproses dengan sempurna. Sehingga produktifitas padi Hipa 18 mendapatkan hasil yang maksimal,” harapnya. (Adhitya Herwin)
sumber : http://sahabatpetani.com/2018/03/08/varietas-padi-hibrida-indonesia-menjadi-perhatian-dunia/