Satu langkah maju kembali dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku pupuk impor, yakni dengan meningkatkan produksi bahan baku. Selain meningkatkan produksi, juga menambah fasilitas produksi pupuk. Revitalisasi industri pupuk ini merupakan hal yang paling ditunggu oleh petani.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan
Industri (Kadin) Jatim, Dadya Indraksa, Sabtu (16/3) mengatakan, saat
ini bahan baku produksi pupuk Jatim memang masih sangat tergantung pada
impor, khususnya amoniak dan asam sulfat. Untuk mencapainya pada 2016,
saat ini Jatim telah membuat roudmap peningkatan industri tersebut.
Saat ini, sudah dilaksanakan pembangunan pabrik asam sulfat di Gresik,
PT Petro Jordan Abadi hasil kerjasama antara Petrokimia Gresik dengan
PT JTMC Jordania. Rencananya, pabrik tersebut bakal mampu memproduksi
asam sulfat sebanyak 200.000 ton per tahun untuk bahan baku pupuk NPK.
Selain itu, juga dibangun pabrik amoniak, PT Urea II di Gresik dengan
tingkat produksi sebanyak 660.000 ton per tahun. Amoniak adalah bahan
baku produksi pupuk Urea, ZA dan NPK. Untuk kebutuhan energi listrik,
Petrokimia Gresik membangun powel plant berbahan baku batu bara yang
menghasilkan energi 2X150 ton steam per jam setara dengan listrik 25 MW.
Namun dari seluruh kebutuhan tersebut, yang paling penting
adalah ketersediaan gas. Diperkirakan, melalui program revitalisasi
tersebut, maka kebutuhan gas industri pupuk Jatim pada tahun 2016 bakal
mencapai sebesar 80 standar metrik juta kaki kubik per hari (mmscfd).
Melalui program revitalisasi tersebut, ditarget produksi pupuk Jatim
untuk jenis Urea, ZA, SP36, ZK, Ponska dan Organik bakal mencapai 4,4
juta ton per tahun. Sementara produksi NPK ditarget mencapai 2,8 juta
ton per tahun.
Sebelumnya juga diberitakan, guna memenuhi
kebutuhan pupuk nasional, PT Petrokimia Gresik juga terus berupaya
meningkatkan produksinya dengan membangun pabrik baru untuk memproduksi
asam fosfat sebagai bahan baku pupuk phonska senilai 179 juta Dolar AS.
Direktur Utama PT Petrokimia Gresik, Hidayat Nyakman mengatakan,
proyek revamping (perluasan pabrik) ini bertujuan memenuhi kebutuhan
bahan baku pabrik NPK phonska yang selama ini masih dipenuhi dari impor.
Revamping asam fosfat juga akan menghemat devisa dengan pengurangan
jumlah impor.
Menurut dia, selama ini kebutuhan asam fosfat untuk
produksi NPK phonska masih mengandalkan impor, karena bahan bakunya
belum tersedia dalam jumlah cukup. Menurutnya, sepanjang 2012 impor asam
fosfat mencapai 225 ribu ton dari Jordan, Maroko, Afrika Selatan,
Filipina dan India. Dengan kurs Rp 9.378 per dolar AS dan harga asam
fosfat (100% P2O5) internasional 556,77 dolar AS per ton, Petrokimia
Gresik menghabiskan 236,4 juta dolar AS atau Rp 2,2 triliun dalam
setahun hanya untuk impor asam fosfat.
PT Petrokimia Gresik
(persero) menunjuk Wuhuan Engineering Co Ltd dari China sebagai
kontraktor pembangunan pabrik asam fosfat. Proyek perluasan pabrik asam
fosfat itu diprediksi bakal selesai 30 bulan. Artinya jika proyek telah
dimulai Desember 2012 lalu, maka diperkirakan selesai pada pertengahan
2015. Karena biaya investasinya besar, Petrokimia Gresik menggandeng
Bank Central Asia (BCA) untuk membiayai proyek tersebut dengan porsi
sebesar 70% dari keseluruhan biaya. Sisanya yang 30 persen berasal dari
dana perusahaan.
Menurut dia, saat ini perusahaannya telah mampu memproduksi pupuk yang berbasis phospat sebanyak 3,27 juta ton per tahun yang terbagi dalam dua bentuk yaitu untuk NPK Phonska sebesar 2,77 juta ton dan SP 36 sebesar 500.000 ton. Namun, produksi pupuk tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan pupuk nasional. (put)