PT Petrokimia Gresik Butuh Tambahan Gas

21 May 2013 13:04 / http://www.koran-sindo.com / 6149x viewed

GRESIK- Perusahaan pupuk terbesar PT Petrokimia Gresik (PG) memerlukan tambahan gas 85 mmscfd untuk produksi amoniak dan urea. Kendati belum mendesak, namun manajemen meminta dipenuhi dari Husky Oil Street Madura (HOSM).

“Kami sangat berharap kekurangan gas dapat dipenuhi dari Husky (HOSM, red). Karena lebih mudah terjangkau dan infrastrukturnya tinggal tersambung,” ujar Nugroho Christiyanto, Direktur Produksi Petrokimia Gresik, seusai memberikan kuliah tamu di SMA Muhammadiyah 1 Gresik, kemarin. Menurutnya, manajemen PG sudah mengajukan ke Kementrian ESDM perihal permintaan tersebut.

Namun, Kementrian ESDM sudah mengeplot pemenuhan gas kekurangan PG sebesar 85 mmscfd tersebut dipenuhi dari Blok Cepu. “Sayangnya, pemenuhan gas dari Blok Cepu itu masih lama. Karena infrastruktur belum terbangun sehingga pemenuhan lebih lambat dibandingkan HOSM. Padahal kebutuhan itu sangat mendesak untuk kebutuhan produksi amoniak dan urea pabrik baru,” kata Nugroho.

Bahkan, lanjut dia, terkait harga juga belum ada kesepakatan. Pihak manajemen PG mengajukan harga USD 6,5 per mmbtu. Namun, dari pihak pemerintah maupun HOSM belum menyepakati. “Pada intinya kami menunggu kepastian. Karena semakin cepat pemenuhan kekurangan gas tersebut, maka semakin baik,” katanya.

Diakui, bila secara keseluruhan kebutuhan gas saat ini sebesar 65 mmscfd terpenuhi. Kebutuhan itu untuk memproduksi amoniak dan urea pabrikyanglama. Kebutuhangas tersebut sudah terpenuhi dari Kangean Energy, sehingga tidak ada persoalan yang signifikan.

Sementara itu, kegiatan kuliah tamu di SMA Muhammadiyah 1 Gresik, yang digelar di Aula Inovation lantai IV cukup meriah. Nugroho lebih banyak memotivasi 300 siswa kelas XI menjadi siswa berprestasi. “Untuk menjadi siswa berprestasi, harus giat belajar, kerja keras, dan mempunyai ambisi,” ujarnya.

Kepala SMA Muhammadiyah 1 Gresik Toha Machsun mengatakan, pihaknya cukup terbantukan. Karena itu, pihak sekolah meminta agar program kuliah tamu diperbanyak. “Bila perlu enam bulan sekali. Bahkan, kami tidak keberatan dan justru terbantu dengan program itu. Kalau enam bulan kelamaan, satu bulan sekali juga cukup bagus,” katanya. ashadi ik