Semen Indonesia Aceh (SMI Aceh) melakukan kunjungan benchmark mengenai Manajemen Risiko Pengadaan Proyek ke PT Petrokimia Gresik (PG) pada tanggal 22 Desember 2016. Tim Benchmark SMI Aceh disambut oleh Staf Madya Manajemen Risiko Departemen Tata Kelola & Manajemen Risiko PG Bambang Rahayu, di Kantor Pusat Petrokimia Gresik.
Maskur selaku Supervisor Procurement Project Aceh menyampaikan bahwa SMI Aceh merupakan proyek Pabrik Semen baru yang didirikan di Pidie, Aceh. Melengkapi Pabrik Semen yang sudah ada sebelumnya yakni di Rembang, Tuban, dan Thanglong (Vietnam). Proyek Pabrik Semen Aceh rencana akan diselesaikan dalam rentang waktu pertengahan 2017 s.d. akhir tahun 2020.
“Hal-hal yang sangat krusial dalam sebuah Proyek adalah pada tahap Procurement dikarenakan sumber dari Risiko Keterlambatan Proyek maupun Keterlambatan Main Equipment hampir sebagian besar berasal dari Subkon-Subkon. Change of Order juga merupakan hal yang krusial. Dalam pengendalian risiko batasan-batasan kendali menjadi parameter yang dapat menyebabkan risiko terjadi meskipun sudah dilakukan pengendalian”, ungkap Maskur.
Bambang Rahayu memaparkan bahwa dalam menyusun Identifikasi Risiko harus dikaitkan dengan Sasaran & Program Kerja dimana sesuai dengan definisi bahwa Risiko adalah Dampak dari Ketidapastian terhadap Sasaran. Di PG sendiri dalam mengidentifikasi Risiko baik Top High Risk (THR), Risiko Operasional, maupun Risiko Proyek sudah melalui SIMAR (Sistem Informasi Manajemen Risiko) dan dipantau realisasi pengendaliannya setiap bulan termasuk approval dari Risk Owner serta dapat dipantau secara real time.
“Rencana Pengendalian risiko dibagi menjadi dua yakni Rencana Pengendalian (Internal Control) dan Rencana Penanganan (Mitigasi). Internal Control merupakan kegiatan rutin sehari-hari sesuai dengan Pedoman, Prosedur, dan Instruksi Kerja yang dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko. Sementara Rencana Penanganan (Mitigasi) merupakan kegiatan di luar Internal Control yang dilakukan ketika risiko berpotensi terjadi meskipun telah dilakukan Internal Control. Dalam Mitigasi untuk menghindari terjadinya Risiko jika dibutuhkan bantuan dari Manajemen maka harus tetap di-statement-kan di dalam Mitigasi, Di PG, Dep TKP & MR selalu berkoordinasi dengan Komite Manajemen Risiko selaku kepanjangan tangan dari Dewan Komisaris untuk membantu memberi arahan terkait sumber-sumber risiko yang berasal dari eksternal PG”, ungkap Bambang Rahayu.
Lukman Hakim, Staf Departemen Pengembangan Usaha menambahkan bahwa Change of Order dapat dikurangi dengan menggunakan metode OSBL (Outside Battery Limits).
Setelah menyimak paparan tersebut, Maskur menyampaikan bahwa implementasi Manajemen Risiko di PG sudah berjalan dengan bagus khususnya untuk Pengadaan Proyek dan apa yang didapat dari hasil benchmarking akan disampaikan kepada jajaran BOD (Board of Director) untuk dapat dimplementasikan di SMI Aceh. –Nugroho-