Reporter : Deni Ali Setiono
Gresik (beritajatim.com) - Para petani lokal geram terhadap kondisi terpinggirkannya buah dan sayuran lokal oleh produk impor. Kondisi itu disebabkan oleh kurang tersedianya benih berkualitas dalam jumlah memadai serta lemahnya kegairahan petani baru untuk membuat produk buah-buahan dan sayuran. Juga kurang memadainya infrastruktur logistik buah.
Bukan rahasia lagi konsumen lebih suka mengkonsumsi produk buah dan
sayur impor daripada produk lokal. Terlebih lagi, dengan adanya perubahan
perilaku konsumen yang semakin menyukai produk impor. Karena buah impor yang
semakin mudah didapat dan harganya murah.
Seperti yang diungkapkan
Nyonya Zuna Puspita seorang ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai
seorang guru di Gresik. Menurutnya, dirinya lebih memilih produk buah dan
sayuran (hortikultura) impor karena beberapa alasan. "Kualitas buah dan sayuran
impor lebih bagus, lebih fresh dan kemasannya menarik serta harganya relatif
murah," katanya, Jumat (28/06/2012).
Dia juga menambahkan, biasanya
produk hortikultura impor yang dibeli apel, jeruk, anggur, pisang,melon, tomat,
wortel, dan jagung
Contoh buah melon impor per kilo didapat dengan harga
Rp 4.500. Sedangkan melon lokal harga per kilonya Rp 5.000. Hal demikian juga
berlaku pada sayuran wortel impor harga per kilonya Rp 5.000. Wortel lokal Rp
harga per kilonya Rp 6.000.
"Dari segi kualitas barang jauh berbeda.
Misalnya, melon impor lebih manis tanpa isi dan lebih segar. Sama halnya dengan
wortel impor lebih besar, tidak mudah busuk dibanding wortel lokal," tutur Zuna
Puspita.
Berdasarkan survey cepat yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank
Indonesia (KBI) Surabaya terhadap sejumlah responden pedagang hortikultura di
Jawa Timur menunjukkan adanya ketergantungan tinggi terhadap komoditas
hortikultura impor tertentu, seperti jeruk (60-70 persen), wortel (50-55
persen), apel (50-60 Persen), dan cabai (20-25 persen).
Kesimpulannya
produk hortikultura impor diminati konsumen daripada produk hortikultura lokal.
Kondisi ini membuat simpatik pabrik pupuk terlengkap, PT Petrokimia Gresik. Hal
tersebut ditunjukkan dengan terus berinovasi membuat benih unggul agar bisa
bertarung dengan produk hortikultura impor.
Manager Humas PT Petrokimia
Gresik, Dupi Madya Ardiono mengatakan, guna mengatasi serbuan produk
hortikultura impor. Perusahannya telah melakukan inovasi produk PT Petrokimia
Gresik yakni Petro Biofertil yang sangat cocok bagi pembudayaan produk
hortikultura. "Dari hasil inovasi ini terkandung mikroba yang menguntungkan
untuk kesuburan, sehingga fungsi tanah lebih sehat," tuturnya.
Selain ada
Petro Biofertil lanjut Dupi Madya Ardiono, PT Petrokimia Gresik juga menciptakan
inovasi benih unggul untuk tanaman hortikultura dengan menciptakan Petro Seed.
"Pada intinya semua benih unggul untuk produk hortikultura yang kami miliki ada.
Tinggal bagaimana petani mau merubah paradigma dan tidak gampang menyerah,"
tandasnya.
Sebagai perusahaan pabrik pupuk terlengkap di tanah air. PT
Petrokimia Gresik total memiliki 26 produk mulai dari pupuk hingga penyediaan
benih unggul. Apalagi perusahaan benih di tanah air tidak banyak.
"Semula
kami fokus ke pupuk kimia saja. Tapi, melihat banyaknya produk hortikultura
impor masuk ke pasar dalam negeri. PT Petrokimia sudah mengarah ke hortikultura
agar petani lokal bisa bersaing dan tidak terpinggirkan lagi," tutur Dupi Madya
Ardiono.
Bahkan, untuk menyakinkan petani, PT Petrokimia Gresik
melakukan demonstrasi plot (Demplot) yaitu memberikan contoh bagi petani di
sekitarnya untuk menerapkan bagaimana menghasilkan atau bercocok tanam dengan
hasil bagus.
Mekanisme demplot, contoh petani memiliki 100 hektar lahan.
Dari bagian itu, PT Petrokimia Gresik mengambil 1 hektar ditanami dengan benih
hasil inovasinya. Setelah itu, sambil menunggu panen. Petani tetap diberi arahan
cara merawat dan menghasilkan produk hortikultura yang bermutu. Cara seperti ini
seringkali dilakukan guna menyakinkan petani.
"Semua cara kami lakukan.
Tidak hanya prosesnya saja. Bahkan, Petrokimia Gresik juga melakukan
pendampingan saat panen maupun penjualan produk hortikultura lokal ke pasar
modern," ungkap Dupi Madya Ardiono. [dny/kun]