Guna memenuhi kebutuhan pupuk nasional, PT Petrokimia Gresik terus
berupaya meningkatkan produksinya. Salah satunya dengan membangun pabrik
baru unutuk memproduksi asam fosfat sebagai bahan baku pupuk phonska.
Tak tanggung-tanggung, investasi untuk membangun pabrik baru itu senilai
179 juta Dolar AS.
“Proyek revamping (perluasan pabrik) ini
bertujuan memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik NPK phonska yang selama
ini masih dipenuhi dari impor. Revamping asam fosfat juga akan menghemat
devisa dengan pengurangan jumlah impor," kata Direktur Utama PT
Petrokimia Gresik, Hidayat Nyakman saat pemancangan tiang pancang
pertama di Gresik, Sabtu (23/2).
Menurut dia, selama ini
kebutuhan asam fosfat untuk produksi NPK phonska masih mengandalkan
impor, karena bahan bakunya belum tersedia dalam jumlah cukup.
Menurutnya, sepanjang 2012 impor asam fosfat mencapai 225 ribu ton dari
Jordan, Maroko, Afrika Selatan, Filipina dan India. Dengan kurs Rp 9.378
per dolar AS dan harga asam fosfat (100% P2O5) internasional 556,77
dolar AS per ton, Petrokimia Gresik menghabiskan 236,4 juta dolar AS
atau Rp 2,2 triliun dalam setahun hanya untuk impor asam fosfat. "Pabrik
baru ini akan dapat memangkas biaya impor dan menambah devisa,"
ungkapnya.
PT Petrokimia Gresik (persero) menunjuk Wuhuan
Engineering Co Ltd dari China sebagai kontraktor pembangunan pabrik asam
fosfat. Proyek perluasan pabrik asam fosfat itu diprediksi bakal
selesai 30 bulan. Artinya jika proyek telah dimulai Desember 2012 lalu,
maka diperkirakan selesai pada pertengahan 2015. Karena biaya
investasinya besar, Petrokimia Gresik menggandeng Bank Central Asia
(BCA) untuk membiayai proyek tersebut dengan porsi sebesar 70% dari
keseluruhan biaya. Sisanya yang 30 persen berasal dari dana perusahaan.
Menurut dia, saat ini perusahaan plat merah itu telah mampu
memproduksi pupuk yang berbasis phospat sebanyak 3,27 juta ton per tahun
yang terbagi dalam dua bentuk yaitu untuk NPK Phonska sebesar 2,77 juta
ton dan SP 36 sebesar 500.000 ton. Namun, produksi pupuk tersebut belum
mampu memenuhi kebutuhan pupuk nasional.
“Untuk dapat
memproduksi sesuai dengan kapasitas, diperlukan tambahan bahan baku asam
fosfat kurang lebih sebesar 400.000 ton per tahun. Sehingga penambahan
pabrik baru ini dapat mencukupi kebutuhan asam fosfat sebagai bahan baku
pupuk NPK phonska,” tukasnya.
Gubernur Jatim, Dr H Soekarwo
mendukung penuh pembanguan pabrik asam fosfat tersebut. “Jika bahan baku
pupuk bisa diproduksi sendiri akan menghemat biaya dan menekan angka
impor. Sehingga, jika bahan baku bisa dipenuhi sendiri, maka harga pupuk
bisa lebih murah,” ujarnya.
Jika harga pupuk lebih murah, kata
Pakde Karwo, maka NTP (nilai tukar petani) bakal meningkat. “Soal NTP
Jatim memang masih rendah dan bahkan kita masih kalah dari Jawa Barat
yang memang lebih tinggi,” ujarnya.
Selain itu, dengan pupuk yang berkualitas diharapkannya pula dapat meningkatkan indeks pertanian. “Jika sebelumnya indeks pertanaian Jatim masih 1,8 tahun depan (2014) ditarget bisa meningkat 2,3 dengan luas tanam dari 1,97 juta hektar menjadi 2,3 juta hektar,” katanya. (afr)