Reporter : Deni Ali Setiono
Gresik (beritajatim.com) - Komisaris utama atau
Komut PT Petrokimia Gresik (PKG), Sumarjo Gatot Irianto, meminta alokasi
anggaran untuk pupuk bersubsi di tahun 2014 segera ditambah dan
dicairkan. Penambahan anggaran sangat diharapkan karena selama ini dana
yang disediakan pemerintah sebesar Rp 18,05 triliun untuk alokasi pupuk
bersubsidi kurang relevan di tengah naiknya cost semua bahan baku.
"Saya
dengar informasi anggaran akan dinaikkan Rp 22 trilin tetapi semua itu
juga diikuti oleh kenaikan bahan baku pembuatan pupuk. Jadi, kalaupun
naik sama saja karena semua bahan baku juga naik," katanya kepada
wartawan, Kamis (10/7/2014).
Diakui Gatot, titik pangkal caru
marut permasalahan pupuk bersubsidi sebenarnya bukan pada persoalan
anggaran, melainkan adanya permainan antara pihak petani dan distributor
pupuk di daerah. Jika kedua komponen tersebut dipangkas. Permasalahan
pupuk bersubsidi yang langka di daerah bisa dihitung lagi berapa jumlah
kebutuhan sebenarnya.
"Sebagai ilustrasi saja dulu alokasi pupuk
bersubsidi disediakan 6 juta ton, tetapi kenyataannya terserap 4 juta
ton. Lalu kemana sisanya yang 2 juta ton," tuturnya.
Ia
menambahkan, sesuai dengan pagu dari pemerintah. Untuk penyedian pupuk
bersubsidi pada 2014, pemerintah melalui holding PT Pupuk Indonesia
termasuk PT Petrokimia Gresik dan BUMN produsen pupuk lainnya. Awalnya
menyediakan 7,78 juta ton namun, naik menjadi 9,5 juta ton.
Sementara
itu, Dirut PT Petrokimia Gresik, Hidayat Nyakman menyatakan tahun ini
alokasi untuk penyediaan pupuk bersubsidi yang di-back perusahaanya 4,6
juta ton. Jumlah ini turun dibanding tahun lalu.
"Sesuai dengan
Permentan nomor 122 Tahun 2013, PKG diamanatkan untuk menyalurkan 4,5
juta ton pupuk di tahun 2014, yang meliputi Urea 193 ribu ton, ZA 800
ribu ton, SP-36 760 ribu ton, Phonska 2 juta ton, dan Petroganik 800
ribu ton," tandasnya. [dny/kun]