REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
menegaskan Indonesia harus memiliki model pembangunan pertanian yang
bisa merespons perubahan dan perkembangan kondisi perekonomian global.
Hal itu penting agar sektor tersebut dapat memberikan kontribusi di
tengah berbagai permasalahan global.
“Masalah ini, perlu pula
kita letakkan dalam konteks kekinian di mana Indonesia saat ini menjadi
negara dengan sistem desentralisasi dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Pemilihan model pembangunan pertanian akan menentukan arah dan sejarah
bangsa ini ke depan,” kata Presiden saat menyampaikan orasi ilmiah dalam
rangka Dies Natalis ke-50 Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor,
Jumat (20/12) Sore.
Presiden memaparkan, setidaknya ada tiga
alternatif model pembangunan pertanian. Pertama, strategi pembangunan
ekonomi melalui pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada kekuatan
ekonomi pasar untuk menentukan arah pembangunan.
Peranan yang
dapat dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini adalah menciptakan pasar
yang dapat berfungsi secara efisien dan efektif. “Hanya saja, model ini
tidak mampu mewujudkan perekonomian yang equitable, juga sering
gagal menghadirkan keadilan, antara lain, tertinggalnya kaum rentan dan
miskin dari pertumbuhan ekonomi yang cepat,” ujarnya.
Kedua, ia
menambahkan, pembangunan ekonomi yang lebih menekankan perlunya
keterlibatan pemerintah yang besar dalam pembangunan. Keterlibatan
pemerintah harus dilakukan sejak dari perancangan strategis sampai
dengan tahap implementasinya. “Model pembangunan pertanian merupakan
pengejawantahan dari konsep command and centralized-economy. Ekonomi komando,” kata Presiden.
Dan
yang ketiga, adalah strategi pembangunan ekonomi yang berada di antara
strategi pertama dan kedua. Intervensi kebijakan pemerintah diperlukan
dengan tetap melibatkan sektor lain, seperti swasta, BUMN, dan koperasi.
“Strategi pembangunan pertanian ini harus kita susun dengan kesadaran bahwa bagaimanapun selalu ada kegagalan pasar, market failure,
sehingga diperlukan peran pemerintah. Namun, intervensi yang bersifat
absolut dan berlebihan juga akan menghasilkan apa yang kita sebut
sebagai government-failure,” ujar Presiden memaparkan.
Kunci MDGs
Presiden menilai bahwa sektor pertanian berperan penting bagi pencapaian Millenium Development Goals
(MDGs) karena pertanian merupakan salah satu kunci penting terkait
pangan dan kesejahteraan. “Saya ingin mengajak kita semua untuk melihat
bagaimana keterkaitan antara sektor pertanian dan pencapaian target MDGs
dan persiapan pasca-MDGs 2015,” ujarnya.
Ia mengatakan, sejumlah
data yang dipublikasikan oleh PBB, Bank Dunia, dan Organisasi Pangan
Dunia (FAO) menunjukkan bahwa lebih dari 75 persen masyarakat miskin
dunia tinggal di perdesaan. Sensitivitas sektor pertanian terhadap
program pengentasan kemiskinan, seperti halnya target MDGs dan Post-MDGs
2015 untuk melakukan eradicated extreme poverty and hunger sangatlah besar.
“Sejak
MDGs diluncurkan, alhamdulillah secara global terjadi peningkatan taraf
hidup manusia. Jumlah orang dengan kemiskinan ekstrem atau mereka yang
hidup di bawah satu dolar AS per hari di dunia berkurang 0,5 miliar, dan
tiga juta nyawa balita terselamatkan dari kematian anak,” katanya.
Selanjutnya,
empat dari lima balita di dunia mendapat vaksinasi, kematian karena
malaria berkurang seperempatnya, kontak dengan HIV kini sudah bisa
disembuhkan, dan 590 juta anak di negara berkembang mendapat pendidikan
dasar.
“Saya melihat peranan pembangunan sektor pertanian baik
terhadap tercapainya target pembangunan MDGs maupun Post-MDGs 2015
sangatlah besar. Utamanya bagi penghapusan kemiskinan ekstrem dan
kelaparan di muka bumi,” katanya.
Menurut SBY, hampir kebanyakan
mereka yang tinggal di pedesaan bekerja dan sangat menggantungkan
hidupnya pada hasil pertanian, perikanan, dan perkebunan. “Produktivitas
dan profitabilitas sektor ini berkorelasi ‘langsung dan positif’
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat perdesaan,” ujarnya. n antara
ed: irwan kelana
http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/12/20/my3xsd-ri-harus-punya-model-pertanian