27 Jan 2014 21:23:18| Ekonomi | Penulis : Destyan
Tulungagung (Antara Jatim) - Petrokimia Gresik (PKG) mengujicoba Program
Integrasi Agribisnis Abadi di Tulungagung, Jawa Timur, untuk membantu
petani meningkatkan produksi padi melalui program pemberdayaan petani
benih.
Proyek ini melibatkan petani, distributor dan
produsen pupuk yang terpadu dengan program Gerakan Peningkatan
Produktivitas Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) yang sudah lebih dulu
dijalankan di wilayah itu.
"Program ini bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas dan pendapatan usaha tani," kata Dirut PKG,
Hidayat Nyakman yang didampingi Menteri BUMN Dahlan Iskan pada acara
"Uji Coba Program Integrasi Agribisnis Abadi" di Desa Bangun Jaya,
Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung, Senin.
Menurut Hidayat, dalam program ini petani penangkar benih didorong untuk membudidayakan benih padi unggul.
PKG memberikan petani benih induk dan kawalan teknologi, kemudian
distributor selain menyediakan pupuk dengan sistem pembayaran Yarnen
(bayar setelah panen), juga membantu sarana produksi pertanian lainnya
seperti pestisida serta membantu distribusi hasil pembenihan padi kepada
kelompok tani yang tergabung dalam program GP3K.
Selanjutnya, kata dia, dengan kawalan teknologi dan sarana produksi
pertanian oleh distributor, petani GP3K memanfaatkan hasil kerja
penangkar benih padi tersebut.
Setelah panen, distributor membeli padi yang dihasilkan petani GP3K dengan harga di atas ketentuan harga dasar gabah.
Di tangan distributor gabah yang didapat dari petani GP3K diolah
menjadi beras di tempat penggilingan beras (Rice Milling Unit/RMU) untuk
dijual ke Bulog dan pasar bebas.
Adapun hasil samping pengolahan gabah itu berupa dedak dan menir, dijual untuk
keperluan peternakan dan pasar bebas di sekitar wilayah tersebut.
"Program ini bisa dibilang memanfaatkan potensi lokal untuk
keperluan lokal dan sekaligus menggerakkan perekonomian daerah
setempat," kata Hidayat.
Pada program pertanian terpadu di
Tulungagung ini, PKG menunjuk CV Lestari Mulyo sebagai distriibutor yang
mendampingi baik petani penangkar benih maupun petani GP3K.
Lahan GP3K sendiri seluas 7.427 hektare per musim tanam dengan jumlah
petani 12.471 orang yang tergabung dalam 135 kelompok tani.
Setiap petani rata-rata kepemilikan lahannya mencapai 0,6 hektare.
Dengan pola kerjasama terpadu ini, pendapatan petani tentunya bisa
meningkat seiring dengan penigkatan produksi padi setelah menggunakan
benih unggul.
"Harga jualnya tentunya lebih mahal sebab
mutu gabah yang dihasilkan lebih baik karena menggunakan benih padi
unggul," terang Hidayat.
Program serupa sebetulnya sudah
diujicobakan di daerah lain seperti di Bojonegoro dengan menggandeng
distributor CV Indobaru Mandiri dan Tuban dengan CV Fimaco.
Selain pemberdayaan penangkar benih dan peningkatan produksi padi
petani, di kedua wilayah itu juga berhasil dikembangkan bisnis lain
sebagai efek samping dari program itu seperti produksi pupuk organik,
peternakan sapi, dan RMU.
Usaha lain yang berpotensi
dikembangkan antara lain ayam petelur dan persewaan alat-alat pertanian
seperti pompa air, traktor, mesin panen, dan lainnya. Karena itu, PKG
akan terus mengembangkan program tersebut ke daerah lain.
Hingga saat ini, PKG telah membidik 13 distributor sebagai pengelola dan 8 diantaranya telah lengkap.
"Harapan kami program ini bisa diterapkan di daerah-daerah lainnya," kata Hidayat.
Dalam kesempatan sama, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengungkapkan
dirinya merasa sangat malu ketika melihat negara Indonesia yang dikenal
sebagai negara agraris harus mengimpor beras secara besar-besaran dari
negara lain.
"Karena itu, sejak saya dilantik jadi Menteri
BUMN saya langsung bicara dengan Bulog untuk melakukan pengadaan beras
agar tidak impor beras lagi. Tahun 2012 belum bisa dan baru tahun 2013
Bulog bisa melakukan pengadaan hingga 2,5 juta ton dan tidak lagi impor.
Negara pengimpor yang begitu yakin kalau Indonesia bakal impor beras
juga dibuat kecele," kata Dahlan yang disambut tepuk tangan ratusan
petani saat temu wicara dengannya.
Untuk meningkatkan
produksi beras petani, lanjut dia, tidak cukup hanya berpidato di TV,
tetapi harus turun tangan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang
dihadapi petani di lapangan. Mereka menghadapi masalah pupuk, benih dan
produksi beras yang rendah.
"Kita perlu membantu petani
bagaimana mereka bisa mendapatkan benih yang baik dan tidak memaksa
dengan benih yang kurang baik hanya karena ingin menghemat meski tidak
sebanding dengan produksinya. Benih yang baik akan meningkatkan produksi
padi," ujarnya.
Melalui program GP3K yang ia lebih suka
menyebut program "Yarnen" ini lantaran petani bisa mendapatkan pupuk
dengan pembayaran sesudah panen, Dahlan berharap produksi petani akan
meningkat dengan dukungan ketersedian benih yang baik dan pola pemupukan
yang tepat.
Bukan itu saja dalam program ini petani juga
dibantu cara mengatasi hama yang saat ini menjadi tantangan para petani
di beberapa daerah termasuk di Tulungagung.
Di program GP3K
ini, menurut Dahlan, PKG yang mengawal program tersebut juga menyiapkan
Brigade Hama yang dibentuk setahun lalu, khusus membantu petani
memberantas petani. Seperti yang sudah di lakukan di Godean, Yogyakarta
untuk mengatasi hama tikus.
"Dikembangkannya program Yarnen di Tulungagung ini untuk membantu petani meningkatkan produksi berasnya," kata Dahlan. (*)
Editor : Tunggul Susilo
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/125873/pkg-ujicoba-program-terpadu-pertanian-di-tulungagung