The International Fertilizer Industry Association (IFA) memproyeksikan kebutuhan pupuk dunia yang tahun ini naik 2,8 persen, dipastikan akan naik lagi 2,5 persen pada 2013 atau sebesar 181 juta ton pupuk nutrisi (NPK).
"Kenaikan terbesar terjadi di Asia Selatan yang mencapai 60 persen dari permintaan dunia," kata Dirjen IFA Luc Maine menjawab Media Indonesia saat ditemui di Jakarta, Kamis (6/9).
Ia memperkirakan dalam lima tahun ke depan, ketersediaan pangan akan menipis dan harga produk pertanian yang semakin mahal karena desakan untuk mencukupi kebutuhan pangan dunia yang kian membengkak, disamping kebutuhan untuk bioenergi.
"Kondisi ini diharapkan juga meningkatkan permintaan pupuk untuk memenuhi desakan permintaaan atas kebutuhan keamanan pangan dan bioenergi," ujar Maine.
Data IFA memproyeksikan permintaan pupuk dunia mencapai 193 juta metrik ton pada tahun 2016. Angka ini didasari laju pertumbuhan tahunan permintaan pupuk rata-rata sebesar 2,1% sejak 2009 hingga 2012.
Maine yang juga pernah bekerja di Food and Agriculture Organization (FAO) memperkirakan permintaan pupuk terbesar akan terjadi di kawasan Asia Timur, Asia Selatan dan Amerika Latin.
"Negara-negara di kawasan itu saat ini memang sedang menjadi perhatian dunia terkait upaya menjaga keamanan pangan dunia," tegasnya.
Semakin tingginya permintaan pupuk dunia, bisa dipastikan juga menjadi insentif bagi industri untuk meningkatkan kapasitas produksi pupuk. IFA mencatat sedikitnya ada 250 pabrik baru yang akan mulai beroperasi dalam lima tahun ke depan dengan total investasi mencapai US$90 miliar.
Menanggapi proyeksi IFA, PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) telah memproyeksikan peningkatan kapasitas produksi dengan merevitalisasi pabrik. PHIC sendiri merencanakan investasi senilai US$5,6 miliar hingga 2014 untuk merevitalisasi pabrik pupuk urea dan konversi pemakaian gas ke batubara, guna mendukung ketahanan pangan dan energi.
"Kami perlu melakukan revitalisasi pabrik, karena banyak pabrik pupuk urea yang usia mencapai di atas 20 tahun, di samping untuk efisiensi," kata Dirut PIHC Arifin Tasrif.(Uut/OL-9)