GRESIK, BANGSAONLINE.com - PT Petrokimia Gresik (PG) sejak tahun 2013 telah membina empat koperasi di empat desa/kelurahan di Kecamatan Gresik. Mereka mulai dari nol, namun kini mereka mulai mandiri dan beromzet puluhan hingga ratusan juta rupiah perbulannya.
Keempat koperasi ini adalah, pertama, Koperasi Tunas Harapan di Tlogopojok. Koperasi yang dibina oleh PG sejak tahun 2013 ini bergerak di bidang jasa tenaga kerja, pembuatan kain majun, plat nomor, dan pagar. Saat ini, koperasi ini beromzet rata-rata Rp 15 juta per bulan.
Kedua, Koperasi Pemuda Gangsar di Roomo. PG membina koperasi ini sejak tahun 2014. Mereka bergerak di bidang jasa tenaga kerja dan katering. Sebulan, omzetnya bisa mencapai Rp 200 juta.
Ketiga, Koperasi Cinta Indonesia di Ngipik. Koperasi ini dibina oleh PG sejak 2015 dan bergerak di bidang konveksi, digital printing, sablon, dan periklanan. Omzetnya mencapai Rp 29 juta per bulan.
Terakhir, Koperasi Mitra Jaya di Lumpur. Koperasi mulai dibina sejak 2015 dan bergerak di bidang tenaga kerja, katering, konveksi, jualan pulsa, serta jasa pengurusan pajak, dengan omzet berkisar Rp 40 juta per bulan.
Direktur Utama PG, Nugroho Christijanto menyebutkan bahwa bertepatan dengan Hari Koperasi Nasional 12 Juli 2016, PG berkomitmen untuk terus membina koperasi-koperasi seperti yang saat ini sedang dikembangkan.
Adapun bentuk pembinaan yang dilakukan oleh PG adalah dengan membantu pendirian koperasi, modal kerja, peralatan kerja, pendidikan dan pelatihan, konsultasi, motivasi, serta memberikan sejumlah pekerjaan kepada koperasi mereka sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Selanjutnya, kata Nugroho, melalui pengalaman tersebut, mereka pun mulai melebarkan sayap dengan menggarap sejumlah pekerjaan dari perusahaan/instansi, seperti PT Petrokimia Gresik, PT Petrokimia Kayaku, PT Smelting, PT Oxo Nusantara, PT Petro Jordan Abadi, Pemkab Gresik, Polres Gresik, bahkan Koperasi Cinta Indonesia dari Ngipik pernah menggarap pekerjaan dari Pemkab Lumajang.
“Kami berharap koperasi ini dapat menjadi lokomotif perekonomian setempat dan mampu membawa perubahan serta kesejahteraan masyarakat sekitar, khususnya kepada anggota koperasi,” ujarnya.
Sejumlah perubahan dimaksud telah dirasakan oleh Amin (32), warga Tlogopojok anggota Koperasi Tunas Harapan. Dia merasakan adanya perubahan citra di desanya, yaitu menjadi desa dengan citra yang jauh lebih baik.
“Sejak ada koperasi ini saya bersyukur karena desa kami mulai dikenal secara positif dan kami dipercaya untuk bisa memperkerjakan orang-orang kami di perusahaan,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Fery (32), pendiri dan ketua Koperasi Cinta Indonesia Ngipik, dan Yusub (32), pengurus Koperasi Pemuda Gangsar Roomo. Mereka menyatakan bahwa koperasinya saat ini sudah mulai bisa mandiri berkat berbagai pelatihan pengembangan keterampilan (hard skill) dan personal (soft skill) yang diberikan oleh PG.
Berangkat dari kemandirian ini, mereka bertekad untuk mengembangkan usaha di koperasinya masing-masing. Namun, mereka masih membutuhkan sejumlah hal penting seperti sarana dan prasarana, modal kerja, serta pelatihan yang bersifat manajerial.
“Masih perlu pelatihan lanjutan mengenai administrasi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia,” ujar Yusub, lulusan S1 yang lebih memilih mengabdi di Koperasi Pemuda Gangsar Roomo.