Dirut PT Petrokimia Gresik: Petani di Aceh Rugi 36 juta Setahun

22 June 2012 13:46 / http://atjehpost.com / 4784x viewed

QAHAR MUZAKAR

Berawal dari perbincangan dengan salah seorang petani padi di kawasan Seulawah, Aceh Besar, Hidayat Nyakman bertekad untuk membawa program Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) ke Aceh.

Dari informasi yang didapatkan putra Manggeng, Aceh Selatan ini, petani padi di Aceh hanya mampu mendapatkan tiga sampai empat ton per hektar dalam sekali panen, Padahal, jumlah itu masih ditingkatkan hingga tiga kali lipat. Dengan kata lain, petani mengalami kerugian hingga Rp36 juta pertahun.

Untuk tahun ini, program GP3K ini sudah mulai dilaksanakan di Aceh, tepat di Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar, seluas 11 hektar. Kamis, 21 Juni 2012, penerapan program GP3K dilakukan yang ditandatai dengan penanaman bibit pertama oleh Dirut Petrokimia Gresik bersama dinas dan instansi terkait di Aceh.

Apa dan bagaimana program GP3K itu, berikut petikan wawancara The Atjeh Post dengan Hidayat Nyakman pada Rabu malam, 20 Juni 2012, di sebuah warung makan di kawasan Ule Lheu, Banda Aceh .

AP: Sekarang GP3K sudah ada di Aceh, bagaimana ceritanya?

Sejak Pak Mustafa Abubakar jadi mentri BUMN, ada program di kementrian BUMN itu yang namananya GP3K (Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi). Jadi seluruh BUMN yang terkait dengan pangan, seperti Bulog, dan pabrik-pabrik pupuk diminta untuk mempunyai program peningkatan pangan.

Tahun lalu, Petrokimia kebagian sekitar 55 ribu hektar untuk melakukan program peningkatan produksi pangan ini. Dalam program ini, yang kita berikan ke petani adalah, bimbingan teknis, dan bimbingan pemupukan. Kita kawal dari hama, kemudian kapan waktu pemupukan, dan jumlah dosis yang tepat.

Dari proses itu, kami menjamin, kalau sebelumnya hasil produksi di suatu daerah itu misalnya, tiga sampai empat ton, dengan program ini, kami menggaransi hasil panennya itu bertambah satu ton. Asal petani itu mengikuti petunjuk kita, kapan pupuknya, jumlah pupuknya, kalau ada hama kita basmi, dan kita kawal.

55 ribu hektar itu di mana saja?

Untuk tahun lalu, hanya di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Untuk Aceh?

Baru tahun ini (di Blang Bintang-red) untuk pertama sekali kita lakukan.

Jadi saya terinspirasi begini. Sekitar dua bulan lalu saya pulang ke Aceh. Waktu itu saya sempat pergi ke daerah Gunung Seulawah. Waktu itu saya mau memantau kios-kios jualan pupuk. Di sebuah tempat, di sawah di pinggir jalan, saya lihat-lihat ada ibu-ibu lagi panen padi, saya tanya,

“Berapa kali panen dalam setahun?”
“Dua kali,” jawab ibu itu.
“Berapa produksi dalam satu hektar?”
“Paling tiga ton.”

Ya, tiga ton. Padahal sawah ada, cukup airnya, tapi hanya dua kali tanam, dan produksinya hanya tiga ton. Sebagai orang Aceh, saya terus terang sedih. Daerah yang kita yang subur, lahannya luas, tapi hasilnya sedikit, hanya tiga ton dalam satu hektar.

Bandingkan dengan di Pulau Jawa. Saya pernah beberapakali ikut acara panen bersama presiden, mentri, itu panennya bisa delapan hingga sembilan ton per hektar. Bayangkan perbedaannya dan kerugian bagi petani di Aceh. Di Aceh petani hanya bisa panen tiga sampai empat ton per tahun, sedangkan di sana (Pulau Jawa-red) delapan hingga sembilan ton.

Oke lah kita bilang misalnya beda hasil produksi tiga ton, dengan harga gabah Rp4000 per kilo, itu sudah Rp12 juta. Artinya petani kehilangan pendapatan Rp12 juta per hektar dalam tiga bulan tanam. Jadi kalau dalam satu tahun tiga kali tanam, artinya Rp36 juta hilang uangnya.

Dari pemikiran itu lah, sewaktu balik ke Jakarta, saya bilang ke teman-teman di Petrokimia, ayo, kita harus ke Aceh!

Kebetulan saya juga pernah bertemu dengan salah seorang Tim Penyuluh Lapangan (TPL) di Seulimum, saya tawarkan program P3K ini, dan dia setuju, tapi lokasi di Blangbintang. Nah, program yang di Blangbintang ini bisa dibilang pilot project untuk Aceh, seluas 11 hektar.

Dalam benak saya, di Aceh ini minimal dapat 5.000 ribu hektar. Karena program ini, dari Petrokimia tidak perlu mengeluarkan duit, bagi petani juga tidak perlu mengeluarkan duit. Hanya untuk bayar pupuk seperti biasa, dan kita jamin harganya harga subsidi.

Dari 11 hektar itu, berapa target panennya?

Minimal lima ton dalam satu hektar. Kalau kurang dari lima ton, saya akan bayar kekurangan.

Yakin akan sampai lima ton?


Insya Allah. Di Jawa kita sudah lakukan, hasilnya minimal tujuh ton.

Apa bedanya program ini dengan yang sudah dilakukan petani pada umumnya?

Kita akan membimbing petani. Misalnya, sebelum tanam itu ada yang namanya penyiapan tanah, harus diberi pupuk organik terlebih dahulu, karena tanah kita ini sudah kebanyak dikasi pupuk kimia. Pupuk ini bisa membuat tanah lama-lama makin keras. Jangankan padi, cacing pun han item udeep (Tidak mau hidup) karena tanahnya sudah mengeras.

Pupuk organik, untuk satu hektar sebanyak 500 kilo. Dan pupuk organik ini pun disubsidi oleh pemerintah, hanya Rp500 per kilo. Artinya hanya Rp250 ribu per hektar untuk pupuk organik.

Kemudian nanti ada petugas kami yang akan mengawal, misalnya bagaimana memilih benih, merawat selama sebelum panen, sampai panen. Berapa jumlah pupuk selama masa sebelum panen, itu harus jelas. Karena kalau kebanyakan pupuk juga tidak bagus.

11 hektar itu lahan milik petani?


Ya. Petrokimian tidak memiliki lahan, tidak menyewa lahan. Kita cuma mengajak petani, ayo gabung, kita tanam yang benar, kita rawat yang benar. Petani bekerja seperti biasa, tidak kita minta untuk bekerja lebih.

Ke depan juga akan dilakukan di daerah lain di Aceh?

Saya kepingin, asal tersedia lahan, minimal 5000 hektar.
Program ini, pada akhirnya tujuan kita untuk ketahanan pangan. Selama ini kita banyak impor. Kalau kita punya lahan pertanian 11 juta hektar, dan bisa kita tingkatkan panen satu ton, tidak perlu lagi kita impor. Jadi tujuan akhirnya ketahanan pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan petani.[]

http://atjehpost.com/read/2012/06/21/12595/98/10/Dirut-PT-Petrokimia-Gresik-Petani-di-Aceh-Rugi-36-juta-Setahun

links

Customer Relationship Management

0800.1008001 (bebas pulsa)

08119918001 SMS/WHATSAPP

konsumen@pupuk-indonesia.com