YOGYAKARTA (03/01/2014) portal.jogjaprov.go.id - Untuk bisa memproduksi padi secara maksimal hendaknya bisa dilakukan pola tanam padi yang berselang-seling, tidak melulu lahan persawahan dalam satu tahun penuh ditanami padi, namun diselingi dengan menanam tanaman lain ataupun palawija, sehingga mata rantai hama yang menyerang terutama populasi tikus dapat terputus, demikian arahan Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X dalam acara Panen Raya Program Pengendalian Hama Tikus Terpadu di Dusun Greja, Sidoluhur, Kecamatan Godean, Sleman, pagi tadi Jum'at (03/12).
Himbauan tersebut dikemukakannya setelah melaksanakan panen raya bersama dengan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, Direktur Petrokimia Gresik, BPTT DIY serta Bupati Sleman, Sri Purnomo di area persawahan seluas 64 hektar dengan varitas Inpari 19.
Sultan mengemukakan lebih lanjut bahwa, di DIY produksi padi sekitar 6,5 ton per hektar, dibanding nasional sekitar 5 ton per hektarnya.
Dalam dialognya dengan salah seorang petani dikemukakan bahwa, panen yang didapat semula hanya sekitar 3 hingga 4 ton per hektarnya meningkat menjadi 8 ton hingga 10 ton dihasilkan padi basah, setelah adanya kerjasama dengan PT. Petrokimia Gresik, BPTP dan Dinas Pertanian dalam pemberantasan hama tikus.
Kepemilikan sawah di DIY hanya sekitar 0,3 rata-rata per hektar hal itu belum bisa mensejahterakan masyarakat khususnya petani. Dengan adanya gerakan pemberantasan tikus, produktifitas petani akan meningkat sehingga meningkat pula kesejahteraannya.
Sementara itu, dalam laporannya Bupati Sleman, Sri Purnomo menyampaikan bahwa, para petani di Kabupaten Sleman sudah mengimplementasikan teknologi tepat guna (LTGS) dalam pemberantasan hama tikus karena tanaman padi masih menjadi komoditas unggulan budidaya pertanian. Sebagai daerah penyangga pangan 14,2 % masyarakat Sleman berprofesi sebagai petani dan padi merupakan komoditas unggulan dalam budidaya pertanian. (teb)
HUMAS DIY
http://portal.jogjaprov.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1726&Itemid=