blokBojonegoro.com - Perkembangan
pembangunan agribisnis di Indonesia saat ini masih digerakkan oleh
melimpahnya produksi, yaitu Sumber Daya Alam dan tenaga kerja. Pola
pertanian bersifat sederhana yang lebih mengandalkan pada pengalaman dan
ilmu pertanian yang turun-termurun.
Meneger Hubungan Masyarakat, PT Petrokimia Gresik (PKG) Dupi Madra
Ardiyono menjelaskan jika dalam pelaksanaan di lapangan kondisi seperti
ini masih terbentur dengan keterbatasan alam. Contohnya kendala musim
kemarau, banjir maupun serangan hama atau penyakit yang rutin tiap
tahunnya.
Pada sisi teknoogi produksi, peningkatan nilai produksi masih bersumber
dari peningkatan jumlah konsumsi, sumber daya alam, dan tanaga kerja.
Sedangkan pada aspek produski akhir, umumnya masih menghasilkan produk
yang didominasi oleh komonuditas primer yang tidak ada nilai tambahnya.
Sistem tata niaga pemasaran produk-produk pertanian juga seringkali
tidak menguntungkan petani sebagai pelaku utama kegiatan pertanian.
"Kondisi seperti ini tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan dalam
menghadapi kompetisi global yang semakin ketat. Juga, manfaat ekonomi
yang dihasilkan dan dinikmati relatif kecil dibandingkan manfaat yang
diciptakan," tambah Dupi.
Peningkatan daya saing usaha kecil dan menengah yang berbasikan
agribisnis di Indonesia dapat dilakukan dengan mengembangkan konsep
cluster serta produksi. “PKG merancang sistem cluster sebagai upaya
meningkatkan daya saing. Karena secara individual pelaku agribisnis
seringkali tidak sanggup menangkap peluang pasar yang membutuhkan jumlah
volume produksi yang besar, standar yang homogen dan suplay yang
teratur." Jelasnya.
Petani seringkali mengalami kesulitan mencapai skala ekonomis dan
pembelian input (seperti peralatan dan bahan baku) dan akses jasa-jasa
keungan dan konsultasi. Ukuran kecil juga menjadi suatu hambatan yang
signifikan untuk internalisasi beberapa fungsi pendukung penting
pelatihan, penelitian pasar, logistik dan inovasi teknoligi.
"Sistem cluster yang dilakukan PKG adalah bisnis yang diharapkan mampu
menjadi alat yang baik untuk mengatasi hambatan. Mulai kecilnya skala
usaha tani individu, serta daya saing dalam suatu lingkungan pasar yang
semakin kompetitifn" pinta bupati incumbentnya.
Kegiatan agribisnis berbasis padi yang dikawal PKG melibatkan banyak
pelaku pada setiap subsistemnya. Pada aspek hulu, pengakar benih,
produsen dan penyalur pupuk, merupakan penyedia sarana produksi utama
untuk keberlansgungan usaha tani. Petani, kelompok tani atau gabungan
kelompok tani menjadi pelaku utama dalam subsistem usahatani (on-farm).
Adapun pada subsistem hilir, penggilingan-penggilingan padi atau Rice
Milling Unit (RMU) memberi nilai tambah pada komoditas utama usaha tani
padi, dari gabah menjadi beras.
"Upaya peningkatan aktivitas agribisnis dari sekedar melakukan usaha
tani kemudian diperluas dengan upaya menguasai sektor hulu," sambungnya.
Sistem cluster agribisnis padi di Kabupaten Bojonegoro misalnya sudah
berlangsung dan diterapkan oleh distributor Indo Baru Mandiri (IBM).
Diharapkan ke depan dapat menjadi alat yang baik untuk mengatasi
hambatan karena kecilnya skala usaha tani individu, serta daya saing
dalam suatu lingkungan pasar yang semakin kompetitif.
Bukti nyata PKG melalui sistem clusternya dibuat percontohan oleh
pabrikan lain di bawah naungan PT Pupuk Indonesia Holding Company
(Persero). Yakni adanya kunjungan atau studi banding puluhan distributor
di bawah empat pabrikan pupuk ke distributor IBM di Desa Kedungbondo,
Kecamatan Balen, Bojonegoro. [ana]