Jember (beritajatim.com) -
PT Petrokimia Gresik melarang penjualan pupuk bersubsidi secara paket
oleh kios dan distributor di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Distributor
justru diwajibkan menyosialisasikan pupuk berimbang melalui
demonstration plot (demplot).
Hal ini dikemukakan Joko Utomo,
Manajer Penjualan PT Petrokimia untuk Wilayah Jawa dan Bali, di Jember,
Senin (25/3/2013). "Kami melarang pemaksaan petani untuk membeli paket.
Justru sosialisasi kami lakukan terus, karena petani perlu diedukasi,"
katanya.
Keluhan penjualan dengan sistem paket muncul di Jember.
Hendro Handoko, salah satu petani, menjelaskan, pihaknya terimbas model
dagang yang diterapkan distributor kepada kios. "Setiap kios harus
melakukan penebusan 4 berbanding 5. Empat itu adalah pupuk paket NPK
Phonska, petroganik, atau SP-36. Sementara yang lima adalah ZA. Kalau
tak melakukan penebusan terhadap pupuk paket, maka sampai kapan pun,
kios tak dikirimi ZA," katanya.
Padahal, di tingkat petani, ZA
sangat diminati dibanding pupuk paket, terutama NPK Phonska. Ini bisa
terlihat dari data penjualan pupuk bersubsidi Petrokimia di Jember pada
tahun 2012. Tahun lalu, dari alokasi ZA sebesar 39.490 ton, terealisasi
40.895 ton atau 104 persen. Sementara Phonska dari alokasi 20 ribu ton,
hanya terealisasi 16.224 ton atau 81 persen.
Imbas dari pemaksaan
pembelian pupuk paket ini, petani harus menebus pupuk ZA dengan harga
di atas harga eceran tertinggi (HET). Menurut Hendro, ini dikarenakan
kios menjual Phonska dengan harga di bawah HET dari Rp 115 ribu per zak
menjadi Rp 110 ribu per zak agar lebih cepat laku. Namun di lain pihak,
kios menjual ZA dengan harga di atas HET yakni Rp 70 ribu per zak
menjadi Rp 75-80 ribu per zak.
Joko menyatakan, Petrokimia tak
pernah menginstruksikan penjualan memaksa seperti yang dimaksud Hendro.
Petrokimia menginginkan pemupukan paket dalam artian berimbang.
Pemupukan berimbang ini yang gencar disosialisasikan sehingga petani
memiliki kesadaran.
Tahun 2012, Petrokimia membuat demplot di 21
lokasi yang tersebar di berbagai kecamatan. Demplot ini untuk
menunjukkan manfaat dan pentingnya pemupukan berimbang. Dalam setengah
hektare tanah setiap demplot, digunakan pupuk 300 kilogram Phonska, 150
kilogram ZA, dan 500 kilogram petroganik. Hasilnya adalah 8 ton gabah
kering panen per demplot. "Ini lebih tinggi 2 ton dibandingkan lahan
petani sekitar," kata Joko.
Tahun ini, Petrokimia mewajibkan
seluruh distributor membuat demplot. Di Jember, terdapat sembilan
distributor resmi Petrokimia. Masing-masing diwajibkan membuat tiga unit
demplot. Jika itu tidak dipatuhi, maka Petrokimia akan memberikan
sanksi kepada distributor. "Minimal ada pengurangan luas wilayah yang
menjadi tanggung jawab distribusinya," kata Joko.
Joko berharap,
dengan sosialisasi itu, sedikit demi sedikit pola pikir petani berubah.
"Petani kita sekarang masih 'minded' urea. Padahal urea berlebih, petani
hanya memanen jerami, karena urea memicu tumbuhan vegetatif," katanya. [wir]
Reporter :
Oryza A. Wirawan