Manufacturing Hope 109: Lega Tidak Impor dan Lega di Godean

30 Desember 2013 11:32 / http://www.bumn.go.id / 6117x dilihat
30 Desember 2013

Oleh Dahlan Iskan

Menteri BUMN

Inilah berita yang paling menggembirakan bagi bangsa Indonesia di akhir tahun 2013 ini: Indonesia berhasil tidak impor beras lagi. Ini karena pengadaan beras oleh Bulog mencapai angka tertinggi dalam sejarah Bulog. Sampai tanggal 25 Desember kemarin Bulog berhasil membeli beras petani sebanyak 3,5 juta ton.

Inilah berita yang paling menggembirakan seluruh petani desa Godean, Sleman, Yogyakarta: tanaman padi mereka berhasil mencapai masa panen dengan selamat. Tanggal 3 Januari minggu depan mereka mengundang saya untuk ikut panen raya.

Sudah empat tahun lamanya para petani itu hanya bisa menanam padi tapi tidak pernah bisa memanen. Setiap kali padi yang mereka tanam memasuki masa hamil, serbuan tikus merajalela. Ludes. Tumpes. Ngenes. Petani tidak berdaya melawan tikus.

Rupanya ada seorang petani Godean yang mendengar bahwa saya lagi gencar-gencarnya melakukan penataan sistem distribusi pupuk. Saya memang keliling desa-desa untuk mengecek apakah sistem baru rayonisasi distribusi pupuk sudah bisa berjalan sampai ke tingkat yang paling bawah. Ke tingkat kios pupuk di desa-desa.

Dengan rayonisasi itu tidak akan ada lagi “perang pupuk” antar lima pabrik pupuk raksasa milik BUMN. “Perang” yang hanya mengakibatkan seringnya terjadi kelangkaan pupuk di satu daerah dan penimbunan pupuk di daerah lainnya. Saya dukung penuh konsep rayonisasi dari Dirut PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) Ir Arifin Tasrif ini.

Seorang petani Godean rupanya tidak tertarik dengan langkah penting yang mendasar itu. “Yang kami perlukan sederhana saja. Bagaimana kami bisa dibantu memberantas hama tikus,” tulis Pak Suroyo, petani itu, dalam SMS-nya kepada saya. Pak Suroyo lantas menceritakan duka nestapa para petani Godean selama empat tahun terakhir.

Segera saja saya ke Godean. Mengecek kebenaran pengaduan itu. Ternyata benar. Saya pun mengajak Arifin dan tim PIHC untuk rapat. Apalagi PIHC memang sudah meliliki unit baru bernama “brigade hama”. Inilah ujian pertama brigade itu.

Rapat dengan kelompok tani pun dilakukan berkali-kali. Untuk merumuskan kesepakatan metode baru “gropyokan tikus”. Agar efektif. Hampir 13.000 ekor tikus berhasil ditangkap: hidup atau mati. Setelah itu petani bersemangat lagi menanam padi. Berhasil. Minggu depan panen. Semoga tidak ada gangguan mendadak apa pun dalam lima hari mendatang ini.

Gabungan antara pupuk yang tepat, produksi yang meningkat, pemberantasan hama yang konsisten, dan pengadaan beras yang all-out benar-benar membukukan prestasi yang nyata. Sudah bertahun-tahun kita diejek di kampus-kampus, di talk show televisi, di warung-warung, dan di mana saja. Mengapa negara agraris Indonesia sampai impor beras.

Kita malu. Kita terhina. Tapi kita tidak boleh menyerah. Tidak boleh hanya diam.

Tidak bisa hanya ngomel-ngomel. Hanya rapat-rapat. Hanya berwacana. Kita harus berbuat sesuatu. Dan ternyata bisa. Kita tidak perlu lagi impor beras. Dirut Perum Bulog, Sutarto Alimoeso, menegaskan stok beras di gudang Bulog akhir tahun ini lebih dari dua juta ton.

Pak Tarto termasuk sedikit generasi tua di BUMN yang tidak mau kalah dengan generasi lebih mudah. Dia masih kuat seperti kitiran: muter terus ke gudang-gudang Bulog di seluruh sentra produksi beras. Dengan sepatu ketsnya, Pak Tarto sering harus bermalam minggu di gudang beras.

Dengan stok beras nasional yang berlebih seperti itu memang ada juga negatifnya: kalau lama tidak disalurkan, kualitas berasnya menurun. Untuk itu saya menerima usulan menarik dari seorang petani di sebuah desa di Bantul. Tahun depan sebaiknya sebagian pengadaan beras Bulog berupa gabah. Agar bisa disimpan lebih lama.

Ide yang bagus dan yang aplikatif dari seorang petani kecil. Tahun depan ide itu benar-benar akan dilaksanakan oleh Bulog. Sekitar 20 persen pengadaan Bulog akan berupa gabah. Ini lebih realistis dan hemat daripada membangun silo-silo fakum yang amat mahal.

Begitu lega rasanya tutup tahun ini ditandai dengan keberhasilan tidak impor beras selama tahun 2013, dan keberhasilan panen di Godean.

Tapi kelegaan itu tidak boleh lama-lama. Tahun 2014 harus bisa bertahan tidak impor beras lagi. Artinya: tetap harus segera kerja, kerja, kerja.

*) Manufacturing Hope penutup tahun ini saya tulis di dalam pesawat kecil menuju Meulaboh, di tengah hujan lebat selama penerbangan, dan masih hujan dalam pendaratan menjelang malam. Selamat Tahun Baru!

http://www.bumn.go.id/149207/catatan-menteri/manufacturing-hope-109-lega-tidak-impor-dan-lega-di-godean/