HUT PG Ke-45 Ditutup dengan Pagelaran Wayang

18 September 2017 09:42 / Humas PG / 6261x dilihat

PT Petrokimia Gresik (PG) mengadakan pagelaran wayang kulit di Halaman Gedung Serbaguna Tri Dharma PG, Jumat 15 September 2017. Lakon wayang berjudul "Sumilaking Pedhut Hastinapura" dimainkan oleh Dalang Ki Cahyo Kuntadi dari Surakarta.

Direktur Utama (Dirut) PG, Nugroho Christijanto dalam sambutannya menyampaikan, pagelaran ini merupakan kegiatan penutup dari rangkaian acara Hari Ulang Tahun (HUT) PG ke-45.

Ia mengucapkan terimakasih atas dukungan masyarakat sekitar perusahaan, sebab sampai usianya ini PG masih bisa diberi kelancaran dalam menjalankan kegiatan usahanya. Dirut juga memohon doa restu agar kinerja PG kedepan lebih baik, serta diberi kesempatan untuk berkiprah dalam rangka menyukseskan program ketahanan pangan nasional.

Kegiatan ini rutin dilaksanakan tiap tahun. Dihadiri para purna tugas PG yang rutin menyaksikan, dan banyak juga dihadiri para remaja sekitar perusahaan.

"Mudah-mudahan acara ini juga bisa menjadi hiburan masyarakat, khususnya generasi muda, agar budaya ini bisa langgeng," ujar Dirut.

Setelah memberikan sambutan, Dirut menyerahkan uang pembinaan kepada dalang muda binaan PG yang tergabung dalam Sanggar Mahesa Kencana PG, yaitu Ahmad Bagas Setiawan dan Muhammad Fatoni. Bagas adalah siswa SMA Negeri 1 Manyar, Gresik, sedangkan Fatoni merupakan salah satu Sarjana Seni Institut Seni Indonesia Surakarta. Penyerahan juga didampingi jajaran Direksi PG.

Sebelum pagelaran wayang dimulai, Dirut menyerahkan tokoh wayang, Werkudoro kepada Ki Cahyo Kuntadi. "Sumilaking Pedhut Hastinapura" merupakan cerita penggalan dari Bharatayudha.

Cerita ini mengisahkan tentang sepak terjang kesatria-kesatria bersaudara yang tangguh dari negara Amarta dan Hastinapura. Mereka harus saling berhadapan dalam peperangan. Para kesatria yang senantiasa menjaga kehormatan negaranya adalah hal yang utama di atas kepentingan pribadi, saudara dan kelompok.

Ada zamannya sebuah negara didominasi oleh “watak baik” dan ada pula yang sedang didominasi “watak jahat”, namun di dalam negara tetap harus ada dan tumbuh jiwa-jiwa kesatria yang menjaga dan memajukan negaranya.

Pengorbanan-pengorbanan yang diberikan oleh para kesatria dan jalan hidup yang harus dilalui untuk bela negara bukanlah kesia-siaan, semuanya membuat nama para kesatria semerbak harum, eksistensinya mampu membuka, mengikis dan menyapu kabut tebal angkara murka yang ada di negaranya.*/isp.-