BOD Petrokimia Gresik Dorong Eksekusi Strategi Bisnis Dalam Hadapi Tantangan di Usia Emas

09 April 2022 14:58 / Komunikasi Korporat PG / 5034x dilihat

Gresik, 07 April 2022 Petrokimia Gresik (PG) menyampaikan enam strategi dalam hadapi tantangan terbesar yang akan datang di tahun 2022 dalam Town Hall Meeting yang diadakan di SOR Tri Dharma Petrokimia Gresik. Pasalnya, pada bulan Juli 2022 bertepatan dengan Ulang Tahun Emas PG, pemerintah telah menetapkan alokasi pupuk subsidi hanya diperuntukkan bagi dua jenis pupuk saja, yaitu Urea dan NPK. Dimana sebelumnya, terdapat empat jenis pupuk lainnya yang turut masuk dalam skema pupuk subsidi; yaitu SP-36, ZA, Pupuk Organik Granul Petroganik dan Pupuk Organik Cair atau POC.

Direktur Utama PG, Dwi Satriyo Annurogo menyampaikan bahwa, capaian penjualan PG sepanjang tahun 2021 sebesar Rp28,5 triliun. Dari angka tersebut, 74% diantaranya diperoleh dari penjualan subsidi, yaitu Rp20,9 triliun. Hanya 26% atau Rp7,5 triliun yang didapatkan dari penjualan komersial.

Perlu dicatat dan digaris-bawahi bahwa dari keseluruhan jumlah penjualan pupuk bersubsidi, sebanyak Rp5,3 triliun diperoleh dari penjualan pupuk SP-36, ZA, Petroganik dan POC yang tidak akan lagi disokong oleh pemerintah mulai awal semester II 2022.

“Sekarang bukan lagi waktunya membuat program, tapi sudah saatnya pembuktian untuk mengatasi tantangan. Apabila perubahan subsidi sebelumnya hanya wacana, mulai Juli 2022 sudah benar-benar terlaksana,” ujar Dirut di hadapan ribuan Insan PG.

Dalam setiap tantangan, akan selalu ada jalan lain untuk melaluinya. Dirut juga mengungkapkan, jika PG bisa menambah penjulan non-subsidi, maka akan ada peningkatan margin penjualan. Sehingga potensi laba yang hilang dari produk subsidi yang akan dihapuskan, bisa ditutup dengan perolehan yang lebih besar lagi.

“Sudah saatnya execution untuk program transformasi bisnis. Untuk mewujudkannya, dibutuhkan support dari seluruh Insan Petrokimia Gresik sehingga strategi yang telah disiapkan memberikan hasil optimal,” ujar Dirut.

Terdapat enam strategi yang disampaikan Dirut dalam menghadapi tantangan pada Gold Anniversary di tahun ini, agar PG tidak lagi bergantung pada pupuk bersubsidi, dan gelombang besar pada perubahan skema subsidi tahun ini tidak menjadi tsunami yang menghantam sustainability perusahaan.

Pertama, creating new market, atau menciptakan pasar baru. Jika berbicara pupuk bersubsidi, selama ini PG bukanlah memasarkan produk tapi hanya sebatas menyalurkan atau delivery products. Beberapa program yang dapat dijalankan diantaranya, berkolaborasi dengan program pemerintah pusat maupun daerah, program food estate, perluasan program Makmur, urban farming dan lainnya. Mencari alternatif kegunaan lain dari pupuk atau produk kimia sebagai upaya menciptakan pasar baru.

Kedua, menghadirkan inovasi produk baru. Baru saja PG merilis SP-26, Phonska Alam, Petro Niphos dan Green Surfactant di tahun 2021 yang saat ini telah memiliki banyak permintaan dari industri minyak dan gas (migas). Sedangkan tahun 2022, PG akan melahirkan produk ZA Plus, Kebomas Petro Cane (produk NPK untuk komoditas tebu), Kebomas Sipedas (NPK cabai), dan NPK Kebomas.

“Produk baru ini harus menyesuaikan permintaan atau kebutuhan pasar. Sehingga produknya dicari oleh pasar,” tandas Dirut.

Ketiga, optimalisasi pabrik. Yaitu mengkonversi pabrik SP-36 (PF I) menjadi Phonska V. Kemudian membangun pabrik Soda Ash yang akan memberikan dampak positif, yaitu memiliki produk baru dan memiliki produksi CO2 yang PG butuhkan untuk produksi produk lain, serta pembangunan gudang Urea.

Keempat, terus meningkatkan efisiensi biaya. Dalam hal ini setiap Insan PG diharapkan memberikan kontribusi dalam efisiensi biaya.

“Sekecil apapun efisiensi yang dilakukan oleh individu di Petrokimia Gresik, tentu akan memberikan dampak besar bagi perusahaan. Efiensi inilah yang akan menguatkan daya saing produk dan laba bagi perusahaan,” ujar Dirut.

Kelima, efektivitas operasional. Sebagai perusahaan mamufaktur, PG harus berjalan efektif. Diantaranya melalui digitalisasi, maintenance excellence, dan captive power program.

Program terakhir adalah pemberdayaan SDM. Diantaranya peningkatan kompetensi karyawan melalui penugasan matrix, rotasi jabatan dan tugas belajar. Kemudian mewujudkan agile organization dengan membangun organisasi matrix dalam bentuk project manager dan senior project manager.

“Saya tidak ingin ada anggapan Petrokimia Gresik besar karena subsidi, tapi besar karena insan Petrokimia Gresik yang unggul. Apabila di usia 50 tahun pertama kita telah berhasil memberikan kontribusi besar bagi ketahanan pangan nasional dan pertanian di Indonesia, bagaimana nasib selanjutnya?,” tutup Dirut. (*/LNW/MIR)