Pada hari pertama pelaksanaan Konvensi
Inovasi Petrokimia Gresik (KIPG) ke-XXXI serta Petrokimia Gresik Innovation
Expo (PGIE) 2017, di Gedung Serbaguna Tri Dharna, Rabu 12 April 2017 hadir
seorang pembicara sekaligus motivator inovasi. Ia adalah PrieGS.
Masyarakat Indonesia lebih mengenal PrieGS
sebagai seorang budayawan. Memulai karir dari kartunis, hingga kemudian
menjadi wartawan dan Pemimpin Redaksi di salah satu media cetak nasional.
Dalam pemaparannya, PrieGS yang memiliki
julukan Sang Penggoda Indonesia itu menyampaikan, kemiskinan paling bahaya
adalah kemiskinan inisiatif. Sedangkan orang yang cenderung inisiatif adalah
orang yang bergembira.
"Kita harus bisa bahagiakan diri
dengan hal paling sederhana. Sehingga inisiatif akan mengalir dengan
sendirinya," ujar PrieGS yang juga penulis naskah teater, esai, dan
artikel itu.
Rutinitas yang telah dilakukan cukup lama,
baik di rumah, di jalan maupun di kantor, itu akan membuat seseorang jenuh dan
tidak bahagia. Ini bisa menghambat inisiatif seseorang.
"Di rumah kita ketemu dengan orang
yang sama selama bertahun-tahun, di jalan menginjak gas dan rem yang sama, di
kantor menghadapi orang-orang yang sama juga. Rutinitas ini akan membuat
seseorang bete (bosan, Red). Ini menghambat inisiatif dan
kreativitas," jelasnya.
Untuk menghindari rasa bosan, seseorang
harus bisa mendobrak rutinitas. Minimal melakukan hal sederhana yang tidak
biasa. Misalnya, jika selama ini bertemu seseorang hanya bertegur sapa, tambahi
dengan berjabat tangan atau lainnya.
Menurut PrieGS, kebahagian itu sangat
sederhana. Ia mencontohkan dua rumah miliknya.
Rumah pertama, dibeli dari gaji sebagai
wartawan dan pembicara saat itu. Rumah itu dibangun oleh tukang yang tidak
profesional, sehingga tembok-temboknya pun menceng. Keluarganya pun akhirnya
stess melihat hasil rumah itu.
Puncaknya, suatu ketika ada orang
berteduh di bawah pohon mangga depan rumah. Dua orang yang berteduh itu adalah
orang susah dengan kerja serabutan. PrieGS pun tersentuh, akhirnya memberinya
pekerjaan memasang keramik. Hasilnya juga menceng.
Tapi setelah tinggal cukup lama,
keluarganya menikmati. Anak-anak pun menolak saat diminta pindah ke rumah kedua
yang lebih bagus.
"Rumah adalah sekumpulan nilai, bukan
fisiknya. Bukan berarti rumah bagus menjadi sebuah kebahagiaan,"
tandasnya.
Kebahagiaan sebenarnya sederhana. Tapi
seseorang juga harus bisa ukur tingkat kebahagiaan, biar tidak kebablasan.
PrieGS selanjutnya menampilan foto-foto.
Foto hasil croping ternyata bisa berbeda jauh persepsinya jika kita bandingkan dengan melihat
foto utuh. Kebanyakan foto yang ditampilkan sangat lucu, sehingga memicu gelak
tawa audiens.
"Semoga pemaparan saya menjadi
rekreasi batin bersama. Sehingga bisa menumbuhkan inisiatif di diri kita,"
pungkasnya.*/isp.-